Kebakaran
Hutan
Di
pagi yang cerah aku terbangun dari tidurku. Kurasakan sejuknya udara di pagi
hari. Aku bergegas mandi dan bersiap-siap untuk sekolah. Aku dan teman-teman
bercanda ria menyusuri hutan nan asri dan sungai nan jernih. Suara gemericik
air yang mengalir menambah semangat pagi, diiringi merdunya suara burung-burung
kecil yang bertengger di pepohonan saling bersiul dan bersautan. Sepanjang
jalan yang kulewati dikelilingi oleh hamparan pepohonan hijau bagai permadani.
Aktivitas penduduk sekitar mulai tampak, ada yang membawa cangkul hendak pergi
ke sawah dan ada juga orang yang lalu lalang mengayuh sepeda menyusuri jalan
itu.
Sang
mentari pagi mulai terbangun dari balik peraduannya. Ditemani oleh cahaya pagi
menambah hangatnya suasana. Tak terasa aku dan teman-temanku telah berjalan
jauh, walau dengan langkah-langkah kecil dan diiringi dengan canda ria namun
akhirnya telah sampai juga di ujung jalan. Jarak hutan ke sekolahku tidak
begitu jauh dan tidak begitu dekat. Sepanjang jalan kuhirup udara pagi nan
sejuk dan segar, embun pagi yang masih melekat di padang rerumputan nan hijau
membuat semangat pagi. Aku dan teman-temanku melangkah hingga tak terasa telah
sampai di halaman sekolah. Celotehan anak-anak mulai terdengar. Sesampinya di
sekolah bel berdering keras, aku dan teman-temanku yang lain bergegas masuk ke
ruang kelas masing-masing untuk menerima pelajaran. Pak Guru masuk ke ruang
kelasku, pelajaran pun dimulai. Pak Guru menerangkan tentang pentingnya menjaga
kelestarian lingkungan hidup. Lingkungan hidup di desa masih asri dan indah
membuat kita nyaman. Tidak ada satupun sampah berserakan dan mengotori
pemandangan hijau ini. Dedaunan masih basah dimandikan embun pagi, semuanya
masih alami. Guru berpesan, kita sebagai generasi penerus bangsa, marilah kita
jaga kelestarian lingkungan hidup di desa kita dengan baik dan kita rawat
bersama-sama agar semua yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita seperti
pepohonan yang tumbuh sumbur, berbagai jenis flora dan fauna jangan sampai
punah dan musnah oleh orang-orang kota yang hanya ingin meraup keuntungan
dengan cara merusak hutan ini untuk diubahnya menjadi pabrik dan perkebunan
tanpa mempedulikan orang-orang disekitar yang telah menghuni desa tersebut.
Keesokan
harinya, aku bersama beberapa temanku hendak pergi ke sekolah. Ditengah
perjalanan yang kulewati seperti biasanya, kemudian kudengar suara bising dari
mesin gergaji yang letaknya didalam hutan itu. Kami bertiga penasaran dan ingin
tahu dari arah mana suara gergaji mesin itu. Akhirnya kami bertiga mendekati
arah suara mesin gergaji tersebut. Kami melihat dengan mata kepala kami
sendiri, mereka sedang menebangi pohon-pohon dengan gergaji mesin. Lemas
rasanya tubuh kami, kami bagaikan tak berdaya mengapa mereka tega berbuat
demikian. Mengapa merusak hutan ini. Mereka tidak memiliki kepedulian terhadap
hutan ini. Mereka hanya bisa merusak. Mereka tidak tahu fungsi bahwa
pohon-pohon itu dapat menyerap air hujan untuk disimpan dimusim kemarau,
menyerap polusi dari pabrik. Pohon-pohon dapat tumbuh lebih besar lagi dan
hidup lebih lama lagi. Mereka bermanfaat untuk menangkal sinar matahari yang
terik di siang hari. Tetapi sepertinya, hutan yang menjadi sahabat kami selama
ini akan sirna dan mungkin nasib kita para penduduk desa hutan ini akan ditimpa
bencana.
Ketika
hendak pulang sekolah, kami melihat hewan-hewan berlarian ketakutan dan kabut
asap tebal mengelilingi seluruh hutan desa. Mereka berlarian dan berusaha
memadamkan api dengan menyiram air, sebelum petugas kebakaran tiba di lokasi.
Penduduk desa membunyikan kentongan sambil berteriak kebakaran....
kebakaran.... kebakaran.... . Karena si jago merah merambat dengan cepat
meskipun dengan bantuan pemadam kebakaran pun api sulit untuk dipadamkan.
Penduduk desa mulai panik berlarian untuk mencari selamat namun ada juga yang
turut membantu dengan menyiram air yang diambilnya dari rumah penduduk terdekat
maupun sungai yang tak jauh dari lokasi.
Beberapa
jam kemudian turun hujan sehingga desa kami terendam air hujan karena hujan
turun dengan lebatnya, akhirnya air sungaipun meluap menggenangi rumah
penduduk. Berkat turunnya hujan kebakaran hutan akhirnya bisa dipadamkan. Kami
mendengar berita bahwa pelaku yang membakar hutan kami telah tertangkap,
kamipun senang karena pelaku telah diserahkan kepada pihak yang berwajib.
Beberapa
hari kemudian Kepala Desa datang untuk menghimbau kepada penduduk desa setempat
untuk melaksanakan reboisasi dengan cara menanam bibit pohon baru dan juga
menganjurkan kerja bakti masal dengan mengerahkan seluruh penduduk desa
setempat juga melibatkan petugas TNI, POLRI dan Karang Taruna.
Setelah
beberapa tahun kemudian kini bibit tanaman telah tumbuh menjadi pohon kecil,
sungai yang dulunya tercemar kini telah kembali bersih. Aku senang melihat
kondisi telah kembali semula walaupun tidak seperti sediakala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar